Tuesday, June 6, 2017

Para Pembodoh Umat

Ali Syari'ati pernah mengeluarkan jargon yang terkenal yaitu “zar o zoor o tazvir” yang artinya kekayaan, paksaan dan tipu daya. Maksudnya bahwa terdapat tiga pihak perusak utama di dunia ini yaitu kaum kapitalis yang serakah dan menghalalkan segala cara demi keserakahannya, penguasa yang sewenang-wenang dan otoriter dan yang terakhir adalah kelompok intelektual yang dalam hal ini termasuk ulama yang menjual pengetahuannya kepada dua pihak sebelumnya demi kepentingan nafsu pribadi dan hasrat duniawi dan senantiasa melakukan pembodohan kepada umat.

Apabila sedikit kita runut secara historis, apa yang Ali Syari’ati sebut “tazvir” atau tipu daya disini merujuk pada kelompok ulama yang berkongsi dengan penguasa dan kapitalis untuk menjatuhkan pemerintahan nasional pimpinan Mossadeq (yang kenyataannya dibangun lewat perjuang berdarah-darah rakyat iran). Tugas dari kelompok ulama ini adalah melegitimasi secara agama atas tindakan-tindakan dzalim yang dilakukan oleh shah Iran saat itu.

Tindakan pembenaran dengan melakukan legitimasi agama tersebut sebenarnya merupakan sebuah pembodohan terhadap rakyat, sehingga kemudian membuat rakyat enggan dalam melakukan perlawanan terhadap kedzaliman. Namun sejarah membuktikan pula bahwa kelompok ulama juga yang pada akhirnya melakukan perlawanan dan sukses dalam perlawanan tersebut.

Terlepas dari latar belakang Ali Syari’ati yang seorang Syi’ah, pemikirannya tersebut layak untuk di apresiasi (tentunya dengan kritis). Karena sesungguhnya menarik untuk dicermati, khususnya mengenai kelompok intelektual yang dengan segala pengetahuannya melakukan pembodohan terhadap umat. Urgensi hal ini menjadi sangat penting dibahas dalam konteks pergerakan islam saat ini dimana terdapat tantangan-tantangan dalam perjuangan yang ironisnya justru berasal dari kelompok (yang mengklaim) intelektual dari dalam tubuh Islam sendiri.

Kita semua telah mengetahui bersama bagaimana terdapat sekelompok orang yang mengklaim dirinya kelompok intelektual muslim, melakukan penentangan ide-ide yang sebenarnya beranjak dari amanat syari’at Islam atau minimal senafas dengan kemauan syari’at. Akan tetapi anehnya mereka, kelompok (sekali lagi mengklaim dirinya) intelektual muslim justru menawar ide-ide yang cenderung bahkan bertentangan sama sekali dengan amanat syari’at. Ide-ide mereka cenderung disesuaikan dengan kebutuhan industri, tentunya industri maksiat seperti industri pornografi dan pelacuran, minuman-minuman keras dll.

Para pendukung paham Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme, yang biasa kita panggil penganut SEPILIS. Kelompok ini kenyataannya telah diluar batas, dengan segala titel akademisnya yang penuh dusta, telah melakukan pembodohan terhadap umat. Yang lebih ironis, pembodohan itu sering dilakukannya didalam ruang kelas perkuliahan di kampus-kampus yang notabene berafiliasi kepada Islam.

Tapi ada yang jauh lebih berbahaya lagi, yaitu orang-orang yang kelihatannya berjalan dikoridor syari’ah dengan menyebut diri mereka Ulama, Syekh, Kyai, Ustadz bahkan Habib, namun mereka sebenarnya sedang membodohi umat dengan panggilan-panggilan tersebut. Berbahaya karena mereka berpakaian, berdalil, dan berperilaku layaknya dilakukan seorang ulama yang wajar. Inilah yang menyebabkan mereka diterima oleh umat.

Pemerintah mendekati mereka dan menjadikan mereka sebagai pembenaran atas kebijakan-kebijakan dzalim atau minimal membangun citra bahwa pemerintah yang nyatanya dzalim masihlah islami. Hal ini penting sekali karena dapat meredam gejolak kekecewaan yang selanjutnya bisa menjadi gerakan perlawanan. Sedangkan “ulama” tadi mengunakan kedekatannya dengan pemerintah sebagai lahan mencari “manfaat” pribadi. Walaupun kelihatannya seperti ulama pada umumnya akan tetapi sesungguhnya mereka sedang menanamkan bisa yang sangat berbahaya sekali kepada umat Islam. Ketika seharusnya umat melawan segala kedzaliman, ulama pembodoh umat ini menggunakan pengetahuannya dan retorika manisnya untuk meredam perlawanan tersebut dan kemudian melemahkan tekad umat untuk melawan kedzaliman.

Maka dari itu ulama pembodoh umat tersebut haruslah dilawan sama dengan kita melawan kelompok SEPILIS. Namun pertanyaan selanjutnya bagaimana kita melawannya, jawabnya adalah kita harus mengaca pada sejarah. Sejarah membuktikan bagaimana “Ulama” pendukung Fir’aun berhasil dikalahkan oleh Nabi Musa as, yang merupakan seorang intelektual yang dalam pengetahuannya tentunya atas izin dan ridha Allah.

Dari sana dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya para pembodoh umat sebagaimana yang telah disebutkan diatas, tidak bisa serta merta dilawan dengan fisik, tetapi intelektualitas palsu yang dimiliki oleh pembodoh umat tadi haruslah dilawan dengan intelektualitas juga, yang mendasarkan dirinya pada jalan kebenaran hanya karena mengharapkan ridha Allah SWT. Bukankah mata harus dibalas dengan mata?