Saturday, April 15, 2017

Stereotype Pada Marga Alawiyyin (Kaum Habib)

Stereotype atau citra negatif merupakan sebuah pelabelan (labeling) yang biasanya diberikan oleh seseorang atau masyarakat kepada orang lain atau suatu kelompok tertentu tanpa disadari atau tidak. Biasanya tidak diketahui sebab dan dari mana pandangan tersebut berasal serta dapat dibuktikan secara nyata atau tidak.

Dalam suatu kelompok di masyarakat kita terbiasa mendengar stereotype mengenai suatu kelompok masyarakat,ras atau suku tertentu yang pasti bersifat subjektif dari cara pandang orang yang mengatakan nya.

Di Indonesia kita terbiasa mendengar pendapat orang Betawi terhadap para pendatang orang Jawa misal nya,atau orang Betawi terhadap orang Padang maupun Arab. Hal ini dikarenakan kemajemukan kultur sehingga melahirkan pandangan yang bersifat subjektif tentunya. Dalam kultur Alawiyyin pun tidak jarang kita mendengar stigma terhadap suatu marga/fam tertentu yang tidak jarang banyak yang tersugesti oleh nya.



Seperti sudah sering terdengar oleh kita kaum Alawiyyin Indonesia ada sebuah paradigma bahwa Alaydrus sulit bersatu dengan Alattas sehingga sulit nya menjalin relasi dalam sebuah hubungan pernikahan. Mungkin hal ini terdengar aneh namun tidak sedikit dari kaum kerabat kita yang tersugesti oleh nya. Hal ini tentu memerlukan penjelasan yang logis kenapa bisa berkembang paradigma seperti itu,sampai saat ini mayoritas berpendapat bahwa bisa pandangan tersebut muncul dikarenakan dua marga tersebut adalah dua marga besar baik dari segi nasab maupun jumlah secara kuantitas (setidaknya di Jakarta) sehingga memiliki ego dan gengsi yang lebih akan kemuliaan nasab nya.

Ada juga stereotype bahwa seorang dari marga Alaydrus itu bersifat sombong yang sangat dominan dibanding sifat buruk lain nya,mungkin mereka tersugesti oleh kenyataan dikarenakan bahwa kemuliaan nasab Alaydrus yang dalam sisi nasab diturunkan dari tiga wali besar (Sayyid Muhammad Maula Dawilah,Sayyid Abdurahman Asseggaf dan Sayyid Abu Bakr Assakran) sehingga mereka khawatir bahwa hal itu akan membuat individu-individu dari marga Alaydrus itu mempunyai sifat sombong.

Selain Alaydrus,marga lain juga punya stereotype buruk mengenai sifat khas nya. Salah satunya Alhabsyi, entah dari mana dan kapan pertama kali pandangan itu berkembang, banyak yang berkata jika individu-individu dari marga ini mempunyai sifat dominan bingung atau berputar-putar ketika berbicara atau mengambil tindakan. Dan sampai saat ini penulis tidak bisa menganalisa mengapa pendapat tersebut berkembang.

Namun selain stereotype buruk mengenai sifat khas atau ciri dominan suatu marga,ada juga stigma positif di kalangan Alawiyyin mengenai sifat atau ciri yang baik tentang suatu marga tertentu. Bin Syihab misal nya, dikalangan Alawiyyin marga ini dikenal mudah berbaur dengan marga-marga lain juga terkenal akan ciri utamanya yaitu kecerdasan. Di beberapa tempat mereka menonjol karena kecerdasan nya,dan untuk hal ini penulis bisa memberikan alasan yaitu saat penulis chatting dengan salah seorang Sayyid dari India. Dia mengatakan bahwa pemimpin spiritual (spiritual leader) dinegaranya adalah Bin Syihab. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia yakni kita dapat melihat Bin Syihab bersaudara yang menjadi tokoh Nasional (Quraiys Syihab,Alwi Syihab dan Umar Syihab) atau Ketua Front Pembela Islam, Habib Rizieq Syihab.

Dari realita yang ada ini saya dan mungkin anda semua berharap jangan sampai tersugesti bahkan sampai meyakini,namun bukan berarti membuang kemungkinan yang ada. Akan tetapi yang pasti kita harus anggap semua ini adalah khasanah dalam kultur Alawiyyin Indonesia. Setuju atau tidak,don't judge me!